Senin, 18 Januari 2010

Penyakit Hati : PEMALAS

Setiap orang mukmin meyakini dengan sebenarnya bahwa di sekelilingnya ada para malaikat utusan Allah yang selalu sibuk bekerja menjalankan tugas dari Allah untuk memelihara dan memenuhi semua hajat hidup manusia. Berikut ini di antara nama malaikat beseta tugasnya:

1. Menjadi penjaga dan pemelihara manusia juga seluruh harta bendanya dari kerusakan. Mereka adalah Malaikat Hafadzah. Dalam hal ini, Allah berfirman: "Bagi manusia ada para malaikat yang selalu mengikutinya secara bergantian, di muka dan di belakangnya, mereka menjaga manusia atas perintah Allah." (Q.S. Ar-Ra'du : 11). Dengan keberadaannya, manusia selalu terjaga dari segala bahaya, baik yang menimpa dirinya maupun harta bendanya.

2. Mencatat amal perbuatan manusia, yang baik dan buruk. Mereka adalah Malaikat Raqib dan Malaikat Atid. Allah berfirman: "Tiada suatu pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat yang mengawasi: Raqib dan Atid." (Q.S. Qaf: 18)

3. Mengatur putaran alam dan seluruh aspek yang melingkupinya, seperti mengatur perjalanan angin, curah hujan, dan hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan rezeki manusia. Mereka adalah Malaikat Mikail. Itulah makna rububiyatullah atas makhluk-Nya. Allah senantiasa sibuk mencipta, menghidupkan, mengurus, memelihara, sampai mematikan makhluk-Nya--melalui Malaikat Izrail. Allah berfirman: "Semua yang ada di langit dan yang ada di bumi selalu meminta kepada Allah. Setiap waktu Allah selalu dalam kesibukan." (Q.S. Ar-Rahman: 29)

Sebagai konsekuensi dari iman kepada Allah dan malaikat-Nya ini, bukan berarti manusia harus lenggang kangkung, tak bekerja karena sudah ada malaikat. Hal ini justru menjadi isyarat bahwa setiap manusia wajib bekerja; melakukan perubahan guna mewujudkan cita-cita menjadi manusia sempurna (insan kamil). Tidak seorang pun akan mengalami nasib baik dengan bermodalkan kemalasan. Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, melainkan mereka(lah) yang mengubah dirinya sendiri." (Q.S. Ar-Ra'du: 11)

Kemalasan akan mengakibatkan kafakiran: fakir-lahir, fakir-batin, fakir-mental, fakir-spiritual, fakir-dunia, dan fakir-akhirat. Baik Al-Qur'an maupun hadists selalu memerintahkan manusia agar selalu bekerja sesuai dengan potensi yang telah Allah anugerahkan. Allah berfirman, "Dan katakanlah: 'Bekerjalah kamu. Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan itu." (Q.S. At-Taubat: 105). "Bekerjalah kamu, karena sesungguhnya Kami bekerja (pula)." (Q.S. Fussilat: 5)
Nilai seorang sangat bergantung kepada apa yang telah diperbuatnya, bukan atas bantuan atau syafa'at orang lain. Dan bahwasanya sesorang manusia tiada memperoleh (sesuatu pun) selain (dari) apa yang telah dia usahakan. (Q.S. An-Najm: 39)

Penyebab kemalasan antara lain sebagai berikut:
1. Lemah fisik dan mental
2. Lemah ilmu dan pengalaman
3. Lemah keyakinan dan harapan (raja') terhadap limpahan rahmat Allah, yang membuatnya tidak percaya diri.

Hindarilah penyakit malas ini dengan cara berikut:
1. Melakukan olah fisik secara teratur.
2. Memperluas ilmu, keterampilan, dan pengalaman.
3. Memulai bekerja dengan penuh optimis dan niat yang menggebu-gebu.
4. Menghindari putus asa jika mengahadapi kegagalan.
5. Mengkonsentrasikan diri (khusyu') dalam satu target dan sasaran. Rasulullah SAW bersabda, "Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya."
6. Memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
7. Senantiasa bermusyawarah dengan orang berilmu dan berpengalaman dalam bidang pekerjaan akan dikerjakan.
8. Senantiasa meminta pilihan terbaik (istikharah) kepada Allah dengan shlalat hajat dan istikharah pad malam hari. Rasul bersabda: "Tidak akan merugi orang yang selalu beristikharah, dan tidak akan menyesal orang yang selalu bermusyawarah.
9. Jika rencana kerja sudah matang, mulailah melangkah dengan membaca doa berikut: "Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan melainkan Daya dan Kekuatan Allah Yang Maha Agung. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu agar aku tidak menyesatkan atau disesatkan orang lain, mencelakakan atau dicelakakan orang lain, menzalimi atau dzhalimi orang lain, menipu atau ditipu orang lain; dengan Rahmat-Mu." (Hadis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar